Dalam proses pewarnaan baju batik ada beberapa tahapan yang harus dilewati dalam proses pemberian warna ini yaitu langkah pertama adalah meracik warna remasol sesuai yang diinginkan. Tahap kedua adalah racikan warna remasol diuji coba pada kain yang tidak digunakan dalam proses membatik untuk dapat mengetahui apakah warna yang dihasilkan sudah sesuai dengan warna yang diinginkan atau belum. Setelah warna yang dihasilkan sesuai dengan keinginan, zat pewarna tersebut dicoletkan pada bagian motif yang diinginkan pada bagian motif yang diinginkan dengan menggunakan kuas.
Supaya warna tidak luntur, setelah proses yang dinamakan pencoletan selesai dilakukan, perlu dilakukan sebuah proses yang bernama fiksasi atau jika diartikan adalah sebagai sebuah proses penguncian warna dengan menggunakan waterglass. Waterglass dituangkan kedalam ember, lalu kain yang telah dicolet atau diberi warna dicelupkan ke dalamnya. Kain harus dipastikan terkena waterglass secara merata untuk melindungi warna yang telah dicoletkan. Saat mencelupkan kain ke dalam waterglass, pembatik harus memakai sarung tangan plastik atau karet agar tangan tidak terkena cairan waterglass karena cairan ini bersifat keras. Setalah dicelupkan ke cairan waterglass, kain ditiriskan dan diangin-anginkan. Kain jangan sampai terkena sinar matahari secara langsung. Setelah kering, kain tersebut dicuci dengan menggunakan air sampai bersih lalu diangin-anginkan lagi hingga kering.
Proses pewarnaan batik ini merupakan salah satu kunci untuk menghasilkan batik yang indah dengan warna yang indah pula. Batik telah sangat terkenal sebagai busana tradisional Indonesia yang memiliki warna warna yang indah dengan motif yang memiliki makna dan juga pengharapan dalam kehidupan masyarakat Jawa. Batik telah mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia sebagai suatu budaya yang menjadi warisan masyarakat Jawa untuk dunia karena telah berlangsung secara ratusan hingga ribuan tahun dan tetap masih dapat terjaga hingga kini. Pecinta batik saat ini tidak hanya berasal dari masyarakat yang telah dewasa, tetapi juga telah sampai ke masyarakat muda yang menyukai beragam motif batik modern yang saat ini banyak diciptakan oleh para pengrajin yang ada di Indonesia.
Supaya warna tidak luntur, setelah proses yang dinamakan pencoletan selesai dilakukan, perlu dilakukan sebuah proses yang bernama fiksasi atau jika diartikan adalah sebagai sebuah proses penguncian warna dengan menggunakan waterglass. Waterglass dituangkan kedalam ember, lalu kain yang telah dicolet atau diberi warna dicelupkan ke dalamnya. Kain harus dipastikan terkena waterglass secara merata untuk melindungi warna yang telah dicoletkan. Saat mencelupkan kain ke dalam waterglass, pembatik harus memakai sarung tangan plastik atau karet agar tangan tidak terkena cairan waterglass karena cairan ini bersifat keras. Setalah dicelupkan ke cairan waterglass, kain ditiriskan dan diangin-anginkan. Kain jangan sampai terkena sinar matahari secara langsung. Setelah kering, kain tersebut dicuci dengan menggunakan air sampai bersih lalu diangin-anginkan lagi hingga kering.
Proses pewarnaan batik ini merupakan salah satu kunci untuk menghasilkan batik yang indah dengan warna yang indah pula. Batik telah sangat terkenal sebagai busana tradisional Indonesia yang memiliki warna warna yang indah dengan motif yang memiliki makna dan juga pengharapan dalam kehidupan masyarakat Jawa. Batik telah mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia sebagai suatu budaya yang menjadi warisan masyarakat Jawa untuk dunia karena telah berlangsung secara ratusan hingga ribuan tahun dan tetap masih dapat terjaga hingga kini. Pecinta batik saat ini tidak hanya berasal dari masyarakat yang telah dewasa, tetapi juga telah sampai ke masyarakat muda yang menyukai beragam motif batik modern yang saat ini banyak diciptakan oleh para pengrajin yang ada di Indonesia.